Surat
Untukmu
Hai apa kabar? Lama kita tak bersuara melalui media social ataupun sms. Selama ini, hanyalah itu yang dapat menghubungkan kita berdua. Aku tak pernah mencoba untuk menelponmu, karena suaraku pasti bergetar, jika berkomunikasi langsung denganmu. Dan aku pasti akan binggung dengan apa yang akan kita bicarakan.
Aku ingat terakhir kali kita saling berkomunikasi itu, ketika ulang tahunku yang ke-14. Kau mengucapkan ucapan selamat yang selalu berbeda dengan yang lainnya, tak pernah sedikitpun kau sama dengan yang lainnya. Aku ingat tahun lalu pun kau mengucapkannya setelah lewat beberapa hari, dari hari bahagiaku itu. Tapi tak masalah, selama kau masih mengingatnya walaupun terlambat beberapa hari.
Apa kabarmu disana? Rasa kangen jika tak bertemu denganmu, walau hanya lewat media social. Apakah kamu juga kangen denganku? Itu selalu menjadi pertanyaanku selama ini.
Aku harap kamu bahagia disana, di tempatmu. Jarak dan waktu kita, tak memungkinkan kita untuk dapat bersama lagi. Akan tetapi, aku tak dapat melakukan apa-apa terhadap apa yang telah terjadi di antara kita. Aku selalu berdoa, semoga kau bahagia selalu disana, agar akupun bisa tersenyum manis untukmu. Aku tak ingin ada air mata saat mengingatmu, akan tetapi hanya senyuman manis yang ada saat kamu hadir dalam ingatanku.
Aku ingin mengucapkan terima kasih, karena kau pernah ada dalam kehidupanku. Kamu membuat aku tertawa, tersenyum, marah bahkan menangis. Kini semua itu hanyalah tinggal kenangan, karena kamu dan aku tak mungkin bersama lagi. Kamu sudah hilang dari hadapanku, walau kamu masih sering mampir dalam hidupku. Masih bisakah kamu kembali di hadapanku lagi? Entah kamu apa aku yang menghilang? Surat yang takkan pernah sampai kepadamu, surat yang berisi semua keluh kesahku dan uneg-unegku. Surat yang berisi semua kerinduanku padamu.
Sudah lama kita tak bersuara, apa yang sebenarnya terjadi sama kamu? Apakah mungkin karena aku yang menghindarimu? Aku bukannya menghindarimu, kata-katamu itu membuat aku kangen padamu. Akan tetapi, saat ini kata-kata itu bukanlah milikku lagi, aku tak berhak atas kata-kata itu darimu. Mungkin bagimu kata itu hanyalah kata tanpa makna. Sedangkan bagiku, kata-kata darimu itu beribu makna. Apakah aku masih terlalu berharap denganmu? Aku juga tak tahu, mungkin hatiku lebih bahagia, jika melihat kau dapat bersanding dengan seseorang yang membahagiakanmu.
Harapanku mulai ku kendalikan agar aku pun tak kecewa karenanya. Kata Bang Raditya Dika “Jika kita tak mau kecewa, maka janganlah terlalu berharap.”
Ternyata, maksud ucapanmu dulu tentang “Biarkan waktu yang mengungkapkan segalanya”. Ini kah? agar aku dan kamu tak pernah kecewa atas apapun yang akan terjadi di antara kita berdua.
Karya: Khoirunisa Nurfajriah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar